Penelitian Keterbacaan ( Readability reseach )

                                                                  By : Sony_menembus_batas@yahoo.co.id
Pengertian Keterbacaan
Penelitian tentang keterbacaan buku sudah berlangsung sejak tahun 1920-an, antara lain dilakukan oleh Lively dan Pressey yang menemukan formula keterbacaan berdasarkan struktur kata dan kalimat serta makna kata yang diukur dari frekuensi dan kelaziman pemakaiannya                ( Klare, Dale dalam Tarigan meneliti jumlah kosakata yang digunakan oleh anak-anak pembelajar pemula di Amerika Serikat.[1]
Keterbacaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemudahan atau kesulitan dari bahan bacaan atau wacana. Definisi ini dikemukakan oleh Carnine, Silbert, dan Kamenui dikutip Theresia Kristianty . ” Readabilty is a term to used describe the relative ease or difficulty of a passage .” keterbacaan diartikan sebagai “ perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah diingat.”[2] Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability.
Bentuk readability merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable artinya “dapat dibaca” atau “terbaca”. Konfiks ke-an pada bentuk “keterbacaan” mengandung arti “hal yang berkenaan dengan apa yang tersebut dalam bentuk dasarnya”. Kita dapat mendefinisikan “keterbacaan” sebagai hal atau ikhwal terbaca-tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. “Keterbacaan” ini mempersoalkan tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu, atau dengan kata lain keterbacaan (readability) adalah ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran/kemudahan wacananya.
            Keterbacaan (readability) adalah seluruh unsur yang ada dalam teks (termasuk di dalamnya interaksi antarteks) yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal seperti yang dikemukakan oleh Dale & Chall dalam Gilliland .[3]
            Mucholish, dkk berpendapat bahwa keterbacaan merupakan pengukuran tingkat kesulitan sebuah buku atau wacana secara objektif.[4]  Mc Laughin menambahkan bahwa keterbacaan itu berkaitan dengan pemahaman pembaca karena bacaannya itu memiliki daya tarik tersendiri yang memungkinkan pembacanya terus tenggelam dalam bacaan.
Gilliland kemudian menyimpulkan keterbacaan itu berkaitan dengan tiga hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yakni tata huruf (topografi) seperti besar huruf dan lebar spasi.
Kemudahan ini berkaitan dengan kecepatan pengenalan kata, tingkat kesalahan, dan kejelasan tulisan (bentuk dan ukuran tulisan). Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan. Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang-pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf.
            Keterbacaan merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Keterbacaan antara lain bergantung pada kosakata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang untuk tulisannya. Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit untuk dipahami daripada yang menggunakan kosakata sehari-hari, yang sudah dikenal oleh pembaca pada umumnya.[5]
            Pengertian dan pemahaman akan isi bacaan merupakan faktor penting dalam studi keterbacaan, dan untuk dapat memahami isi bacaan, ada keterkaitan antara materi bacaan dengan tingkat kemampuan pemahaman pembaca. Pembaca tidak akan dapat mencapai tujuan membaca yang sebenarnya jika materi yang dibacanya terlalu sulit dan tidak sesuai dengan kemampuan membacanya, sedangkan bahan bacaan yang terlalu mudah akan ditinggalkan oleh pembaca karena merasa tidak ada tantangan untuk membacanya. Maka kesesuaian antara bahan bacaan dengan kemampuan seseorang dalam membaca akan sangat mempengaruhi isi bacaan. Dari definisi mengenai keterbacaaan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian keterbacaan digunakan untuk mengetahui apakah teks atau bahan bacaan dapat dipahami dengan cepat dan mudah dipahami oleh pembacanya atau bahkan sebaliknya.   
b. Cara Mengukur Keterbacaan
Menurut Nurhadi dikutip Theresia Kristianty pada prinsipnya ada dua faktor utama yang mempengaruhi pemahaman buku teks pelajaran, yaitu faktor pembaca, dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya latar belakang pengetahuan, motivasi, kematangan, dan kecerdasan.[6] Tingkat pemahaman diukur dari segi pembaca dapat dilakukan dengan tes pemahaman (comprehension test). Sedangkan dari segi bahan yang dibaca dipengaruhi oleh faktor cetakan, ilustrasi, kesulitan konsep, perbendaharaan kata, dan kalimat. Pengukuran tingkat pemahaman dari segi buku diukur dengan istilah keterbacaan, diukur dengan rumus yang sesuai atau dengan formula keterbacaan.
Adapun metode-metode tersebut adalah a). Using teacher judgement, b). Readability formulas, c). Publisher grade levels, d). Standardized Reading Achievement Test, e). Informal Reading Inventories, f). Cloze Procedure. [7] Penjelasan metodenya adalah Using teacher judgement, Penilaian dari guru. Dimana guru kelas sendiri yang memutuskan apakah wacana / bahan akan diberikan sesuai dengan kemampuan membaca siswanya, Readability formulas, Formula keterbacaan yang paling umum digunakan berdasarkan panjang kalimat dan banyaknya kata-kata sukar yang  terdapat dalam wacana, Publisher grade levels penerbit memberikan label / tanda pada buku yang diterbitkan apakah buku tersebut untuk tingkat 1, 2, 3 dst, Stándardized Reading Achievement Test, Tes yang dibuat oleh ahli yang telah di uji coba dan hasilnya dapat dibuat sebagai perbandingan terhadap kelompok lain, Informal Reading Inventories, Yaitu rangkaian wacana yang tingkat kualitasnya bertahap ( biasanya dua wacana pada tiap tingkatan, satu untuk membaca nyaring dan satu untuk membaca dalam hati ). Tes ini diberikan untuk mengetahui/mengidentifikasi apakah kemampuan membaca siswa berada dalam tingkatan “ Indepedent Reading Level “, Cloze Procedure, penelitian keterbacaan dengan cara menghilangkan ke-n ( ke-5, ke-6, dan ke-7 ) suatu teks dan digantikan dengan garis yang sama panjangnya.[8] Kemudian siswa diminta mengisi kata-kata yang hilang tersebut.



[1] http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2024.pdf
[2] Theresia Kristianty, op.cit., h. 133

[3] http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html
[4] Muchlisoh, et al. Pendidikan Bahasa Indonesia 3  ( Jakarta : DEPDIKBUD, 1992. ), h. 167

[5] Sakri, Adjat, Bangun Kalimat Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Bandung ( Penerbit ITB : 1994 ), h. 165
[6] [6] Theresia Kristianty, op.cit., h. 136
[7] Ibid., h. 135
[8] Ibid., h. 136

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetap Semangat dan Tersenyumlah

Lagu - lagu Semangat Belajar Anak Karya Sonny Bisaa